Rabu
yang cerah diiringi siulan kutilang nan merdu, mengalun bak dendang sonata. Aku tersentak kaget mendengar namaku dipanggil berulang-ulang tanpa henti. Padahal lagi enak-enaknya mimpi jadi tuan puteri di negeri kapuk …hehehe. Dengan mata sayup-sayup dan rambut yang serba acak-acakan kumulai bangkit dari pulau kapuk tercintaku. Baru saja ingin membuka pintu, suara umi malah makin nyelonong di kupingku
”Ila….Ila…ayo cepat bangun nak, udah pagi..ayoo bangun!!!”. Iya umi,“jawabku sambil ngamplok pintu kamar kesayanganku”. Umi meneruskan kalimatnya,”Sana cepat shalat terus mandi Ila..kamu sekolah lho”.”Siap Komandan…hehehehe”,lontarku seketika. Umi pun
tersenyum manis sembari menapakkan langkah kedapur.
Dinginnya air pagi ini menyayat tubuhku, bergegas kubasuh tubuh mungilku ini biar tampak lebih segar. Kupakai seragam biru putihku dengan penuh kebanggaan. Segera kuberlari ke umi dan abi untuk berpamitan dan langsung tancap gas.
Seperti
biasa, tiba di sekolahaku langsung masuk kelas dan bergabung dengan karib-karibku.
Namaku Kaila, begitulah aku akrab disapa di sekolah. Panjangnya sich Kaila
Maribel Leilani gitu kata umi dan abiku. Aku tak begitu tenar di sekolah dan
cukup bisa dikatakan agak pendiam meskipun aku sebenarnya cerewetnya minta
ampun.Aku juga bergabung dalam organisasi sekolah, yang awalnya sich
hanya coba-coba dan iseng tapi lama-lama jatuh cinta juga aku sama dia. Dari situ
aku jadi bisa lebih banyak makan asam garam, sampai karibku pun juga bertambah
banyak. Bukan main senang rasa hati ini.
Teeet....teeeet....teeeet....teeeet,
bel pulang sekolah berbunyi merdu. Semuanya bergegas untuk pulang.
Kailaaa....kailaaaa. kayaknya aku mendengar suara seseorang memanggilku, biarin
aja dech lagi enak-enaknya mnatap langit kok digangguin, alias
nglamun...hehehe. Hey kok nglamun aja sich, dipanggil malah diem aja Ila nie,
“gerutu karibku”.”Eh..iya, eh kamu Ril ternyata, ya maaf dech Ril, ”jawabku.
Rila menyambung, “mikirin apan sich kamu,”. Aku diam saja tanpa kata..jadi
kayak lagu aja ya, hehehe. Terserah kamu dech Kaila ditanyain malah tambah
nglamun aja... huh nyebelin aku pulang aja, nungguin kamu kelamaan, “celetuk
Rila sambil nyelonong pergi dariku. Tungguuu Ril, jangan ngambek gitu donk,
nanti cantiknya hilang lho..iya dech kita pulang sekarang, “balasku pada Rila”.
Rila diam saja tak menjawab perkataanku malah tambah menjauh. Aku berlari
mengikutinya dan pulang bersamanya. Gitu donk, jangan nglamun aja
kerjaannya..temennya sampek dicuekin kayak gitu, “sindir Rila”. Nggak gitu lagi
dech Rila, maafin aku ya..kamu mau kan?, ”pintaku pada Rila”. Rila menjawab,
”Iya Ila, udah aku maafin dari tadi malahan”. Horeeeeeee...matur sembah nuwun
Rilaku yang cantik, kamu baik dech, “balasku”. Hahahaha, kamu paling pinter
ngrayu Il..paling top dach, “jawab Rila”. Aku tersenyum lebar padanya dan kami
berdua segera beranjak pulang. Aku dan Rila selalu pulang sekolah bareng,
karena rumah kami satu gang...meskipun tak terlalu dekat dan tak terlalu jauh
juga sebenarnya, sedang-sedang saja lah.
Assalamu’alaikum...
umi abi, Ila pulang,”kataku pada umi dan abi”. Umi menyahutku, “Waalaikumsalam
Ila, ayo cepat ganti baju terus makan”. Iya umi, “jawabku”. Aku segera ganti
bajudan langsung ke ruang makan buat menyantap semua menu lezat masakan umiku
tercinta. Kenyang rasanya perut mungilku ini...dan sekarang waktunya istirahat
sejenak baru meneruskan aktivitas lagi. Pulau kapukku sudah lama menungguku,
kubaringkan tubuh yang letih dan lunglai ini pada kelembutan dan
kehangatannya..membuatku makin nyaman saja untuk lama terlelap dalam mimpi.
Belum lama rasanya ingin memejamkan mataku, hpku berdering tanda pesan masuk
diterima. Kuambil hpku dan langsung membukanya. Ternyata pesan dari Rila, dia
ingin mengajakku bersepeda dengan karib dekatku yang lain mumpung ada hari
libur dan waktu senggang. Aku mengiyakan ajakannya, sekaligus untuk refreshing
daripada dirumah aja. Kini kantuk mulai menyerangku, kuputuskan untuk
melanjutkan berbaring di pulau kapukku dengan bantal empuk menyangga kepalaku.
Tak lama kemudian, ragaku sudah melayang-layang dialam mimpi.
******
Hari
libur yang kunanti akhirnya tiba juga. Waktunya bersepeda ria dengan
karib-karibku. Aku segera menyirami tubuhku biar tambah semangat pagi ini,
tentunya membuat kegiatan hari ini makin seru juga kalo seger, kalo nggak..ya
tak tau lah, nggak penting untuk dipikirin... yang penting kan udah
seger,,,hehehe. Bergegas kuambil pakaian santaiku dan menyuri rambutku.
Kailaaa...kailaaa, suara karib-karibku sahut menyahut ramainya memanggilku. Iya
sebentar semuanya, aku pamit umi abi dulu,”teriakku pada mereka”. Aku segera
berpamitan dan mengeluarkan sepedaku yangjarang terpakai ini, jarang bukan
berarti ketinggalan jaman atau kalah saing dengan kendaraan lain ya.
Petualangan hari ini dimulai, senangnya berlibur bersama karib-karib
tercintaku, meskipun hanya sebentar.
Tapi dihati terasa amat sejuk dan tenang...sok puitis lagi dech jadinya aku.
Kami berlima...lengkapnya aku, Rila, Septi, Diah, dan Dewi berencana bersepeda
mengelilingi kampung permai kami, lumayan jauh sich..tapi tetap dalam jangkauan
kok dan so pasti tidak berbahaya. Dendang-dendang merdu dengan angin semilir
mengiringi langkah kami. Tak terasa sudah jauh kami melakukan perjalanan ini,
tiba-tiba ada suara angin keluar dari persembunyiannya. Ternyata suara ban Diah
bocor kena paku...bebarengan dengan itu kami melihat anjing milik orang
disekitar situ lepas dan mengejar kami. Spontan
saja, aku dan karib-karibku berlari sekencang-kencangnya menghindari
anjing itu tanpa membawa sepeda. Akhirnya kami semua melihat tempat
persembunyian di balik tong sampah yang lumayan besar, meskipun baunya tidak
sedap terpaksa kami mendekam disitu menunggu anjing itu pergi. Tak beberapa
lama anjing itu sudah dibawa pulang
pemiliknya, lega rasanya kami. Dalam hati rasanya ingin kami caci maki
anjing itu, tapi apa boleh buat...namanya saja binatang, nggak punya pikiran.
Nggak malah dengerin, bisa-bisa malah menghabisi kami....huuuh, sebelnya.
Dengan kecewa kami berlima memutuskan untuk pulang saja dan menemani Dewi ke
bengkel memperbaiki ban sepedannya. Sesampai disana ban sepeda Dewi langsung
digarap, kami pun menunggui pekerjaannya sambil bersenda gurau seadanya. Ketika
aku lagi asik-asiknya becanda dengan mereka, tiba-tiba ada yang memanggilku
sekilas dan suaranya langsung menghilang. Aku menoleh dan ternyata teman SD-ku
dulu baru saja lewat. Iya, “jawabku padanya”. Mungkin dia tidak mendengar
jawabanku, kendaraannya sudah melaju kencang seperti alap-alap saja. Ban sepeda
Dewi akhirnya selesai juga, kami bergegas pulang mengingat hari sudah menjelang
dzuhur. Sesampainya dirumah, baru saja aku ingin membaringkan tubuh lemahku
ini, hpku sudah berdering nyaringmenggangguku. Ternyata ada pesan dari teman
SD-ku dulu, Reka namanya. Aku buka pesan darinya dan rasanya aku ingin pingsan,
makin lemas dan aku terjatuh di lantai. Apakah aku sejahat itu sampai dia tega
mengirim pesan padaku yang sangat menyesakkan dada ini. Katanya aku sombong dan
angkuh sekarang, tidak mau saling tegur sapa, mentang-mentang sudah tidak
bersama lagi. Hatiku diiris oleh belati buatanku sendiri..memang benar karena
nila setitik, rusak susu sebelanga. Aku menyesal tidak melihatmu tadi Reka,
“Tukasku dalam hati”. Ingin aku menemuimu, memelukmu, meminta maaf padamu, akan
kulakukan semua usaha agar persahabatan kita ini tetap utuh. Tapi apa daya aku tak kuasa meluluhkan
hatimu, aku terlalu lemah. Biarlah semua ini jadi jeritan hatiku. Harapanku
hanya satu “semoga masalah ini bukan jadi jurang pemisah antara kita untuk
sekarang, hari ini, dan selamanya”
sekedar belajar nulis aja, semoga bermanfaat.Arigatou!!
0 komentar:
Posting Komentar